Kabupaten Aceh Tamiang, memiliki banyak objek-objek wisata alam. Tetapi karena berada di tempat yang jauh atau di tempat terpencil dan infrastruktur juga tidak mendukung, sehingga kurang terdengar gaungnya. Namun bagi penggemar travelling atau yang hobby wisata, itu semua tidak menjadi halangan. Sepanjang ada waktu, kesempatan, kesehatan, kenapa tidak?. Untuk datang ke tempat - tempat tersebut. Setelah saya berkunjung ke air terjun 1000 Rongoh, Rumah Informasi Tuntong Laut Di Desa Pusung Kapal, Pantai Ujung Tamiang, kali ini saya berwisata ke air terjun Sangka Pane, yang terletak di desa Pengidam, kecamatan Bandar Pusaka. Berangkat dari Langsa hari minggu, tanggal 23 Januari 2022, lebih kurang jam 10 Wib, sampai di Sangka Pane jam 13.00, lewat. Ketika sampai di Kota Babo, singgah di warung Pak Risyad untuk beli bekal berupa nasi bungkus dengan lauk gulai daging rusa.
Dari jalan aspal hitam menuju air terjun Sangka Pane, lebih kurang 16,1 km. Kita berjalan di jalan perkebunan kelapa sawit, untuk lebih dari separuh perjalanan. Meskipun jalan kebun tetapi mobil tidak bisa masuk karena bisa tersangkut, sebabnya ada semacam gundukan kecil disepanjang jalan.
Lebih kurang 7,7 km lagi ke dalam menuju lokasi, jalannya tanah berlumpur, becek, berlubang- lubang, juga ada bagian jalan yang jalannya terbelah-belah. Sepeda motor pun bisa terpater di jalan tanah yang seperti bubur.
Setelah sampai di lokasi. Dari tempat mobil di parkirkan ke daerah tepi sungai yang bisa dijadikan tempat duduk- duduk, kita harus melintasi Sungai.
Dari tempat kita memilih duduk untuk santai, ketempat air terjun juga harus menyusuri sungai dan melalui batu-batu besar. Di sini juga ada semacam terowongan atau goa.
Air terjun ini harus diakui begitu indah, apalagi untuk mencapainya diperlukan perjuangan berat. Selain saya dan rombongan ,ada juga sekelompok remaja yang saya temui di sana, salah seorang dari mereka bercerita bahwa mereka berjalan kaki lebih kurang 2 jam untuk bisa sampai di sini.
Karena tidak ada yang berjualan, dek Nong menggoreng pisang untuk cemilan.
Ada yang menyiapkan kopi, dan masak mie instan.
Setelah asyik ngobrol, foto-foto, selfie, makan-makan dan main air, kami memutuskan untuk segera pulang, karena awan sudah mulai hitam. Jangan sampai kehujanan.
Dengan Satria.
Dengan ibu Cut, Yana, dek Nong dan ibu Asma.
Sebelum pulang, bakar sampah dulu. Meskipun menurut aturannya sampah harus dibawa pulang. Karena kata plang yang disangkutkan di pohon itu, tidak ada yang boleh ditinggalkan kecuali jejak.
Ketika beranjak pulang, dari tempat parkir mobil menuju ke atas, mobil saya putus tali kipas, karena begitu curam tanjakan dan lembek tanahnya. Menurut cerita orang-orang, jalan hancur disebabkan banjir besar, sebelumnya tidak seperti itu.
Apapun itu, pemerintah kabupaten Aceh Tamiang, harus berbuat banyak agar objek-objek pariwisatanya bisa dinikmati semua orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar