Siang ini sabtu 14 september 2024, bertepatan dengan tanggal merah hari maulid nabi Muhammad SAW, lebih kurang jam 12.00 lewat, kami sudah berada di pos kampung Matfa atau disini dikenal juga dengan kampung kasih sayang.
Kampung ini kampung Darussalam ,terletak di Dusun III Darat Hulu, Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat. Matfa sendiri adalah singkatan dari : Majelis Ta'lim Fardhu' Ain.
Di Pos ini kami disambut oleh Bapak Suma selaku ketua RT . Dan dari arah depan datang menghampiri bapak Kholiq yang merupakan bagian humas kampung ini. Kami langsung diajak ke surau, dan sholat dzuhur jamak ashar, karena sudah masuk waktu dzuhur. Menaiki tangga surau kami diikuti oleh ibu drg. Prasuta Citra atau biasa dipanggil ibu drg. Cici , isteri dari bapak Kholiq.
Kampung Matfa ini sudah berdiri selama lebih kurang 12 tahun. Dimulai sesudah wafatnya Yang Mulia Tuan Guru Syekh Ali Mas' ud Al Banjari. Sekarang kampung ini dipimpin oleh Yang Mulia Tuan Imam Muhammad Imam Hanafi. Dulunya kampung ini hanya terdiri dari 9 kepala keluarga dan sekarang sudah menjadi 185 kepala keluarga. Tapi sekarang dari jumlah penduduk 1.500 orang sudah tinggal 900 orang. Meninggalkan kampung ini karena berbagai alasan. Penduduk di kampung ini datang dari berbagai daerah seperti batam, padang, medan dan dari daerah lainnya. Penduduk kampung ini mengejawantahkan ajaran islam dalam kehidupan sehari - hari, meskipun terlihat sedikit ada gaya hidup sosialis didalamnya, konkritnya seperti: 1. Pemberdayaan baitul mal. Kampung ini memiliki usaha bersama seperti: usaha produksi tahu, tambak, perikanan , bengkel, toko bangunan. Hasil dari usaha bersama ini semua disalurkan ke Baitul Mal . Dan dari Baitul Mal disalurkan kembali ke warga.
Ketika kami berada di salah satu toko dan saya bertanya kepada seorang bapak yang ada di toko tersebut bahwa toko ini milik siapa , dan jawabnya bahwa toko itu milik bersama. 2. Kampung ini merupakan area no smoking. 3. Tidak ada tetangga yang lapar. Setiap hari ada yang bertugas di dapur umum, untuk makan seluruh warga, mulai dari makan pagi, siang dan malam. Untuk tugas dapur umum ini, semua warga terlibat termasuk bu drg. Cici juga harus ikut piket masak di dapur umum. Sesekali ada masanya tidak ada pasokan seperti ikan, hanya nasi dan masakan dari tanaman disekitar kampung. Jadi seluruh warga setiap hari makan dengan menu yang sama untuk setiap rumah.
4. Memuliakan Tamu. Selesai sholat dzuhur jamak ashar, kami diajak makan bersama, di warung makan yang juga merupakan usaha bersama. Menunya hari ini ada ikan dan pecal. Hampir semua tamu yang datang ke kampung ini, tentu yang bertemu dan sudah memberi tahu perangkat kampung akan di ajak makan besama.
Bagaimana dengan pendidikan dan kesehatan warga? . Disini ada sekolah sampai dengan SMA dan ada klinik kesehatan, juga ada layanan kesehatan gigi. tentu drg. Cici lah dokternya. Semua gratis, karena sudah ditanggung baitul mal. Selesai makan, kami mendapat kesempatan bertemu dan berbincang- bincang dengan tuan Imam. Sebelum naik ke surau, photo dulu di patung naga dan ular. Kenapa ada patung naga dan ular ? Ternyata philosophinya adalah kekuatan yang timbul karena persatuan dan kasih sayang. Jadi kalau kita bersatu dan penuh rasa kasih sayang maka kita akan menjadi kuat.Dengan kekuatan kita bisa melakukan apa saja untuk dunia dan akhirat. Inti dari perbincangan dengan tuan Imam adalah manusia diciptakan untuk beribadah. Dari perbincangan juga kami ketahui bahwa tanah kampung adalah milik keluarga tuan Imam. Semua bangunan rumah terbuat dari bahan yang sama dan bentuk yang sama. Dan tuan Imam hanya sebagai pemimpin untuk warganya. Sedangkan struktur pemerintahan kampung sama dengan kampung - kampung lainnya.Kampung ini terbentuk dari rasa cinta murid - murid kepada almarhum tuan guru. Sehingga ketika tuan guru meninggal lebih kurang 12 tahun yang lalu, mereka memutuskan untuk tinggal di kampung ini dan mengangkat tuan imam sebagai penerus tuan guru.
Adzan Ashar yang berkumandang di mesjid depan surau, menghentikan perbincangan kami dengan tuan imam. Selesai adzan kamipun pamit pulang.
Diperjalanan pulang kami membahas, seandainya saja semua kampung bisa seperti ini, tentu tidak ada ketimpangan sosial dalam masyarakat dan bisa menjadi sarana pengentasan kemiskinan setidaknya dimulai dari area yang kecil terlebih dahulu. Semoga sistim ini bisa menular minimal ke kampung lain di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar