Ini mungkin adalah yang kelima kalinya atau mungkin juga lebih, saya berkunjung ke Penang. Selalu senang dan antusias setiap kali berada di kota ini. Suasana Penang selalu mengingatkan saya dengan kota Medan. Karena ada daerah tertentu di Penang yang mirip dengan kota Medan. Dan memang Penang adalah sister city dengan kota Medan. Kali ini saya Travelling ke Penang dengan dua adik saya yaitu Liz dan Aida serta Fira, sahabat keluarga kami.
Sampai di Penang International Airport jam setengah tiga sore. Kami langsung menuju hotel loop on Leith di lebuh Leith George Town. Makan siang dengan nasi lauk telur dadar dan ayam sambal, bekal yang dibawa dari Medan. Dari airport ke hotel , naik taksi dengan waktu sekitar 30 menit, dan biayanya lebih kurang 44,70 Ringgit.
Istirahat sebentar, kemudian memulai explore yang dimulai dari sekitar hotel.
Lanjut ke lebuh Muntri, sepanjang jalan ini dipenuhi rumah - rumah lama orang - orang Chinese.
Disepanjang jalan kalau ada spot photo yang bagus, kami sempatkan untuk berphoto.
Sekarang di Love Lane.
Kemudian Carnarvon street. Banyak orang berjualan kuliner mie dan macam - macam street food.
Ke lebuh Campbell dan masuk ke jalan Pintal Tali, duduk menikmati es cendol Penang, di Kedai Makanan dan Minuman Dessert Old Time Delight Shop.
Dari jalan Sungai Ujong ke Prangin Mall KOMTAR, tembus ke 1st Avenue Mall.
Naik taksi ongkosnya 10 Ringgit ke Restoran Sup Hameed, saya makan sup kambing dan roti benggali.Tiba kembali di hotel sekitar jam 08.00 malam waktu setempat.
Pagi ini, sarapan paginya kuliner khas Penang di hotel.
Sebelum mulai trip hari ini, photo -photo dulu di kamar hotel.
Dalam perjalanan mencari taksi, kalau ada spot photo yang bagus buat photo -photo, ya berphoto dululah.
Ketika mau menyeberang, kenapa lampu untuk orang menyeberang tidak nyala -nyala?. Ternyata tidak menyentuh tombol yang ada di tiang. Mungkin karena di Indonesia jarang jalan kaki dan memang juga saya tidak tahu.
Dari halte Penang Road naik bus ke Masjid kapitan Keling ( Kapitan Keling Mosque ). Tetapi hari itu mesjid di kunci, jadi tidak bisa masuk.
Jalan kaki sedikit saja sudah sampai ke little India, sebelumnya photo dulu di pintu gerbang kuil Sri Mahamariamman.
Mau ke Padang Kota Lama, menunggu bus di halte.
Dari Padang kota lama, lanjut ke Jubilee clock Tower atau Menara Jam Peringatan Ratu Victoria, kemudian ke Fort Cornwallis.Di Fort Cornwallis hanya adik saya Liz dan sahabat kami Fira yang masuk, selain karena saya sudah pernah, juga karena tiket tidak bisa dibeli dengan tunai harus online, jadi banyak pengunjung yang tidak jadi masuk, sedangkan kami karena kebijaksanaan petugas , akhirnya tiket dibeli melalui online dengan bantuan mereka.
Kembali ke Penang Road. Cari daster, belanja baju India, baju kurung Melayu di Penang Bazaar. Photo- photo di taman persimpangan lebuh Chulia, yang banyak burung merpatinya.
Makan siang dengan menu nasi kandar pakai udang, di line clear Penang Road.
Rumah makan nasi kandar ini top sekali di Penang.
Sore ini kami mau ke Armenian street. Bawa juga map untuk mencari posisi mural- mural yang direkomendasikan, tetapi sayang mural - mural sudah banyak yang mulai pudar.
Tidak jauh dari Armenian street ada mesjid yang sudah berdiri sejak tahun 1808 (M), namanya Masjid Melayu ( Jamek) lebuh Acheh Pulau Pinang. Di sepanjang jalan dekat Armenian street banyak spot photo yang bagus.
Di dekat hotel loop on Leith , tempat kami menginap ada mesjid Benggali yaitu Qaryah Masjid Jamek Benggali, juga ada mural - mural yang menarik. Di Penang ini usaha jasa Laundry, masih meyertakan istilah lama yaitu dobi.
Kegiatan kami sepanjang hari ini, ditutup dengan makan martabak ayam dan menikmati minuman lemon somboy ice, di Hameediyah restaurant di Campbell street..
Pagi ini sarapan di hotel, salah satu menunya nasi lemak.
Selesai sarapan langsung menuju Pinang Peranakan mansion.
Masuk ke Pinang Peranakan mansion ini tiketnya 25 Ringgit. Setelah mendapatkan tiket, adik saya Aida, ingin segera kami berphoto di ruang makan yang berada di ruang utama, karena katanya kalau sudah ramai turis mau photopun harus antri.
Tetapi ketika kami berphoto di ruang makan ini, selain saya merasa deja vu, saya juga merasakan aura yang tidak biasa, saya merasa aneh. Sepertinya ada aura dunia lain. Saya memutuskan untuk tidak jadi tour ruangan, adik saya Liz menyarankan agar saya menunggu di luar rumah. Tetapi Begitupun sebelum keluar, saya masih menyempatkan untuk berphoto - photo di ruangan utama ini.
Lebih dari setengah jam saya menunggu di luar.
Photo - photo yang saya tampilkan di bawah ini, diambil oleh adik-adik saya dan sahabat kami Fira.
Mansion ini lebih mewah dari rumah Tjong A Fie di Medan, dan blue mansion rumah saudara Tjong A Fie yang di Penang ini juga, yang kebetulan letaknya dekat dengan hotel tempat kami menginap. Ketika adik saya Aida keluar karena sudah selesai, dia bilang seperti ini, bahwa di dalam satu kamar tadi dia bilang ke Liz dan Fira bahwa dia merasakan seperti apa yang saya rasakan. Aida bercerita bahwa dalam salah satu kamar dia melihat satu lukisan perempuan Eropa dan seketika itu dia merasa bibirnya bergerak sendiri tanpa bisa di kendalikan. Dan ketika mereka keluar dari kamar itu dengan sedikit keriuhan, dari gestur petugas yang melihat mereka, sepertinya ini hal yang sudah sering terjadi. Hari itu sepanjang hari kami membahas soal ini. Sampai setelah pulang ke Indonesia, Ucok, adik laki-laki saya mengirimi kami tautan. Tulisan tentang Pinang Peranakan mansion ini, bahwa lantai tiga sekarang ditutup karena penampakan, dan hal - hal mistis yang dialami penulis tersebut. Memang menurut adik-adik saya ada beberapa photo mereka yang warnanya beda dengan situasi aslinya. Dari tulisan itu saya baca bahwa mansion ini adalah rumah kapitan Cina Chung keng Quee, orang terkaya di Penang. Rumah ini adalah hasil rampasan ketika organisasi rahasia Haisan yang dipimpinnya yang terdiri dari orang -orang suku Hakka menang dari organisasi rahasia lain yang di dominasi suku Hokkian yaitu Ghee Hin. Kemudian rumah ini diwariskan untuk keturunannya. Dan katanya di rumah ini, ada satu sumur yang banyak lawan dikubur disitu. Setelah pulang ke Medan, keponakan Fira tidak melihat photo yang di meja makan itu dua orang, tapi ada tiga orang. Meskipun begitu, hal ini tidak boleh menjadikan kita takut datang kesini, justru membuat penasaran, selain mengagumi kemewahan dan keindahan di rumah ini.
Rumah ini di tahun 2017, dikunjungi oleh pangeran Charles dan Camilla. Dari sini kami lanjut ke Chew Jetty.
.
Dari Chew Jetty, sambil jalan mencari taksi, tanpa kami sadari bahwa kami sudah sampai di terminal Bus. Tetapi ternyata bus ke Penang Road ada waktu-waktunya. Akhirnya naik taksi juga. Ke KOMTAR lagi cari daster pesanan mama yang belum dapat - dapat, sementara berapa jam lagi sudah harus ke Bandara.
Makan siang hari ini, menunya masih nasi kandar di T Bistro.
Di belakang hotel ada toko yang menjual es krim, dari hari pertama sudah pengin sekali mencobanya. Sebelum pulang harus disempatkan untuk minum es krim.
Di perjalanan dari tempat makan nasi kandar ke hotel, masih ada kesempatan untuk photo- photo di mural yang ada disepanjang jalan.
Sekarang sudah saatnya pulang ke Medan. Dan kami sudah sampai di airport.
Kali ini keberangkatan lebih cepat dari jadwal seharusnya.Kami sampai di Medan pukul tujuh lewat lebih lima belas menit malam hari. Terimakasih citylink atas kecepatan waktunya. Dari pada delay, lebih baik kecepatan. Untuk itu saya kasih pantun untuk citylink. Pergi ke Langkat naik perahu, pulang nya singgah beli kolang-kaling, karena berangkat lebih cepat dari pada waktu, saya senang terbang bersama Citylink
Meskipun jalan-jalan itu menyenangkan dan membahagiakan, tapi tidak semua orang suka jalan - jalan dengan berbagai pendapat masing-masing, sehingga dalam kehidupan ini jalan-jalan itu dimasukkan ke hobby. Kalau pemikiran saya, sama dengan yang tertulis di kotak makanan dari citylink ini.
. 
