Sampai di kota Pematang Siantar, hari sudah malam. Perjalanan dari kota Kabanjahe ke kota Pematang Siantar hampir 5 jam, padahal jaraknya hanya 98 km. Ada beberapa tempat sebelum kecamatan Raya, yang jalannya rusak. Untuk jarak 9,7 km saja memakan waktu 30 menit.
Di Siantar saya dan keluarga menginap di Siantar Hotel. Hotel ini sudah ada sejak zaman Belanda. Diresmikan tanggal 1 Februari 1915.Tetapi tetap terawat, tentu mungkin dengan perbaikan, perubahan dan penambahan disana-sini.
Sarapan pagi di ruangan yang masih bernuansa kolonial, dapat dilihat dari arsitektur ruangan dan jendelanya yang besar-besar.
Selesai sarapan saya dan keluarga bergerak ke kebun teh Sidamanik . Kebun teh ini milik PTPN IV, lebih kurang 24 km dari kota Pematang Siantar. Sejauh mata memandang, terlihat hijaunya kebun teh. Di jalan besar sela-sela kebun, mungkin ini penduduk setempat, membuka warung, menyewakan topi, payung, keranjang dan membuat spot photo kekinian yang berbayar. Ada juga pedagang-pedagang yang menawarkan bubuk teh. Pada umumnya teh merek Juma yang mereka tawarkan, yang memang produk dari kebun teh Sidamanik ini.
Dari kebun teh Sidamanik, kami ke Toko Roti Ganda. Toko Roti ini sudah menjadi ikon kota Pematang Siantar. Di sini kami membeli roti tawar atau roti bantal yang diolesi krim dan meses. Begitu banyak pembeli, sehingga toko ini membuat lajur antrian.
Keluar dari toko Roti Ganda, beli roti ketawa yang ada di teras toko Roti Ganda.
Kemudian bergeser ke kedai kopi Sedap, yang juga tidak kalah terkenalnya. Disini kami tidak minum kopi, tetapi beli roti tawar saja.
Masih di jalan ini, jalan kartini, Proklamasi, diseberang jalan toko Roti Ganda, ada beberapa penjual es cendol, kami memilih salah satunya. Es cendolnya enak sekali.
Kembali ke hotel untuk sholat dan Check-out. Setelah itu kami makan siang di Siantar Hotel dengan sajian Rijsttafel, yaitu makan nasi dengan gaya eropa. Ini cara makan nasi peninggalan Belanda. Menunya hari ini : sayur lodeh, telur asin ,pisang goreng, udang asam manis pakai kacang ercis, tempe goreng tepung, ayam goreng, sate, acar.Dimulai dengan makanan pembuka yaitu sup krim jamur, kemudian makanan utama yaitu nasi dan lauk -pauk yang telah disebutkan diatas, makanan penutup yaitu fruit cocktail.Dan minum teh atau kopi. Sambil makan membayangkan tuan-tuan dan nyonya-nyonya Belanda menikmati sajian Rijsttafel. Ternyata makan nasi dengan campuran lauk salah satunya pisang goreng itu enak dan cocok-cocok saja. Dan memang pisang goreng masuk dalam menu rijsttafel zaman Belanda dulu.
Menuju jalan pulang ke Medan, beli burung goreng di RM Beringin Indah 2.
Masih mampir lagi di Toko Paten, letaknya di km 8,8.untuk beli aneka Teng-Teng. Ketika saya masih kecil saya menyebutnya kacang tumbuk, yang ketika itu dijual perkilo, rasanya enak.
