Kota Lasem terletak di kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya kecamatan Lasem. Semarang - Lasem lebih kurang 3 jam perjalanan melalui Demak - Kudus - Pati - Rembang. Saya mengenal Lasem melalui sebuah artikel yang saya baca di surat kabar harian Kompas. Beberapa tahun yang lalu. Sejak itu saya memendam keinginan mengunjungi Lasem. Bertepatan dengan adanya kesempatan untuk saya mengunjungi Lasem di bulan Juni 2021.Kembali harian Kompas juga menyuguhkan ulasan mengenai adanya wacana agar Lasem menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional. Selama beberapa hari Kompas menurunkan tulisan mengenai Lasem. Sehingga harum Lasem terasa semerbak ke Nusantara.
Tepatlah keputusan saya untuk memilih Lasem sebagai tempat tujuan liburan, untuk menyaksikan peninggalan bangunan kuno di Lasem, sekaligus mengintip Lasem menuju Kawasan Cagar Budaya Nasional. Inilah catatan perjalanan saya ke Lasem, dimulai dari : I. Lawang Ombo Heritage. Tempat ini milik pribadi dan tidak dibuka untuk umum. Kalau kita ingin masuk harus mohon izin jauh hari sebelumnya kepada pemiliknya. Tetapi kita bisa foto- foto disekitarnya. Karena sederet dengan bangunan ini banyak rumah -rumah lama ,yang memiliki pintu-pintu yang khas.Terletak di jalan Gambiran. Lawang Ombo artinya pintu lebar, dibangun tahun 1860an oleh Liem King Siok untuk gudang opium. Kabarnya didalam rumah ini ada lubang yang terhubung sampai ke sungai Lasem untuk menyelundupkan opium.
II. Rumah Merah Heritage (Tiongkok Kecil Heritage).
Disini kita dapat melihat-lihat rumah peninggalan bangsawan Tionghoa yang tinggal di Lasem, sekitar tahun 1800-an . Dari ruangan ke ruangan, perabotan, ada ruang bawah tanah dan disamping rumah induk, ada juga rumah pembatiknya yang didatangkan dari China, dan masih ada peralatan asli dari zaman dulu yang masih tersisa dirumah pembatik itu.
Pintu menuju ruang bawah tanah.
Rumah pembatik yang didatangkan dari China berikut perabotan yang masih ada dari zaman dulu.
Masih dilingkungan Rumah Merah Heritage, ada Oemah Batik Lasem Tiga Negeri.Tiga Negeri maksudnya Batik yang berasal dari tiga kota yaitu :Lasem, Pekalongan dan Solo.
Untuk kenang-kenangan saya beli batik motif burung walet. Motif ini filosofi nya saya baca dari tulisan di pamflet di dinding ketika mau masuk Rumah Merah adalah kesejahteraan dan keberuntungan.
Selain ada penginapannya, tempat ini juga ada cafenya yang menyediakan makanan dan minuman kuliner khas Lasem, seperti sirup dan juice Kawista. Buah Kawista nama Latinnya adalah Limonia Acidissima, kalau di Aceh disebut buah batok.
Ada juga pilihan makanan lainnya.
Ada ibu- ibu yang membatik. Kita bisa melihat cara membatik.
Menurut saya tempat ini cukup bagus untuk dikunjungi, ada mushola untuk pengunjung muslim dan toiletnya cukup bersih. Berfoto didepan sebuah rumah di jalan sekitar Rumah Merah Heritage.
Dari Rumah Merah Heritage, ke Omah IDJO. Disini saya hanya photo -photo saja didepannya. III. Omah IDJO.
IV. Kelenteng Tjoe An Kiong. Sekarang menuju kelenteng Tjoe An Kiong, Kelenteng ini tidak jauh dari Lawang Ombo Heritage.Kelenteng ini juga tutup. Jadi hanya melihat sekelilingnya saja dan meninjau kedalam dari jeruji pintu. Ketika saya disini ada juga pengunjung lain, yang bukan untuk sembahyang, tetapi untuk berkunjung saja, yang juga hanya bisa foto-foto saja, karena tidak bisa masuk.
Di halaman depan kelenteng, ada tugu pejuang yang angkat senjata. Yaitu monumen Perjuangan Laskar Tionghoa Dan Jawa Melawan VOC. Dari sini menunjukkan bahwa orang-orang Tionghoa Lasem juga ikut angkat senjata ketika melawan penjajahan..
V. Masjid Djami'. Sebelum meninggalkan Lasem, mampir ke masjid Djami'.Masjid tertua di Lasem.
Selesailah acara mengintip Lasem, semoga wacana menjadikan Lasem sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional dapat terrealisasi, sehingga bangunan- bangunan kuno dengan arsitektur perpaduan budaya China dan Jawa serta Belanda yang berusia ratusan tahun dapat terjaga kelestariannya.
Ada juga pilihan makanan lainnya.
Ada ibu- ibu yang membatik. Kita bisa melihat cara membatik.
Menurut saya tempat ini cukup bagus untuk dikunjungi, ada mushola untuk pengunjung muslim dan toiletnya cukup bersih. Berfoto didepan sebuah rumah di jalan sekitar Rumah Merah Heritage.
Dari Rumah Merah Heritage, ke Omah IDJO. Disini saya hanya photo -photo saja didepannya. III. Omah IDJO.
IV. Kelenteng Tjoe An Kiong. Sekarang menuju kelenteng Tjoe An Kiong, Kelenteng ini tidak jauh dari Lawang Ombo Heritage.Kelenteng ini juga tutup. Jadi hanya melihat sekelilingnya saja dan meninjau kedalam dari jeruji pintu. Ketika saya disini ada juga pengunjung lain, yang bukan untuk sembahyang, tetapi untuk berkunjung saja, yang juga hanya bisa foto-foto saja, karena tidak bisa masuk.
Di halaman depan kelenteng, ada tugu pejuang yang angkat senjata. Yaitu monumen Perjuangan Laskar Tionghoa Dan Jawa Melawan VOC. Dari sini menunjukkan bahwa orang-orang Tionghoa Lasem juga ikut angkat senjata ketika melawan penjajahan..
V. Masjid Djami'. Sebelum meninggalkan Lasem, mampir ke masjid Djami'.Masjid tertua di Lasem.
Selesailah acara mengintip Lasem, semoga wacana menjadikan Lasem sebagai Kawasan Cagar Budaya Nasional dapat terrealisasi, sehingga bangunan- bangunan kuno dengan arsitektur perpaduan budaya China dan Jawa serta Belanda yang berusia ratusan tahun dapat terjaga kelestariannya.